Minggu, 19 November 2017

hama oryctes

STUDI KASUS

1.      Judul : Tandan Kosong Pemicu Hama  Oryctes
2.      Inventarisasi masalah :
a.       Tata letak tandan kosong (tankos)
b.      Pengendalian hama oryctes dilakukan hanya pada saat memasuki fase dewasa
3.      Penyelesaian masalah:
Image result for larva dan   oryctes
Peletakan tandan kosong yang tidak tepat seperti pada contoh beberapa tempat tankos diletakan bertumpuk. Tumpukan tangkos tersebut menjadi media yang tepat bagi perkembangan larva hama oryctes.Pada tingkat serangan berat, populasi larva di tumpukan tandan kosong 1,5 meter dapat mencapai ratusan larva. Hal ini memang menjadi bahaya bagi upaya pengendalian kumbang tanduk.  Bila upaya pengendalian hanya ditujukan kepada imago/kumbang dewasa, sering kali seolah olah populasi kumbang telah menurun drastis akan tetapi tidak lama kemudian populasi kumbang meningkat kembali dengan sangat pesat.  Peningkatan populasi secara mendadak tersebut dimungkinkan ketika Larva yang berada di bawah tumpukan telah berhasil bermatamorfosa menjadi kumbang dewasa.
Tankos yang terdapat kandungan bahan organik menyediakan makanan bagi larva untuk berkembang.Perkembangan larva juga ditunjang oleh lingkungan dimana terdapat suhu, kelembapan, dan  cahaya.Pemaparan diatas menunjukkan pentingnya pengendalian oryctes sejak dini yaitu pada fase larva.
Pengendalian pada fase larva memiliki keuntungan yang lebih efektif dibandingkan pengendalian oryctes dewasa. Berikut beberapa cara yang dilakukan dalam pengendalian oryctes pada fase larva: (1) meletakkan tandan kosong tidak bertumpuk agar sirkulassi udara tidak terhambat,sehingga faktor suhu dan kelembapan dapat terjaga.(2) merawat lingkungan perkebunana agar tetap terjaga sehingga faktor cahaya dan angin tidak terhambat. Diketahui bahwa larva oryctes berkembang lebih cepat bila kondisi dalam kebun lebih gelap.
Pengendalian pada fase dewasa dapat dilakukan dengan pemasangan feromon. Upaya terkini dalam mengendalikan kumbang tanduk adalah penggunaan perangkap feromon. Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS) saat ini telah berhasil mensintesa feromon agregat untuk menarik kumbang jantan maupun betina. Feromon agregat iniberguna sebagai alat kendali populasi hama dan sebagai perangkap massal. Rekomendasi untuk perangkap massal adalah meletakkan satu perangkap untuk 2 hektar (Chung, 1997). Pada harga komersial Rp. 60.000,- per sachet, penggunaan feromon lebih menghemat dibanding dengan karbofuran dan manual sekitar Rp. 117.200,-/ha/tahun. Pada populasi kumbang yang tinggi, aplikasi feromon diterapkan satu perangkap untuk satu hektar.

            Pemerangkapan kumbang Oryctes rhinoceros dengan menggunakan ferotrap terdiri atas satu kantong feromon sintetik (Etil-4 metil oktanoate) yang digantungkan dalam ember plastik kapasitas 12 l. Tutup ember plastik diletakkan terbalik dan dilubangi 5 buah dengan diameter 55 mm. Pada dasar ember plastik dibuat 5 lubang dengan diameter 2 mm untuk pembuangan air hujan. Ferotrap tersebut kemudian digantungkan pada tiang kayu setinggi 4 m dan dipasang di dalam areal kelapa sawit. Selain ember plastik dapat juga digunakan perangkap PVC diameter 10 cm, panjang 2 m. Satu kantong feromon sintetik dapat digunakan selama 2-3 bulan. Setiap dua minggu dilakukan pengumpulan kumbang yang terperangkap dan dibunuh.

            Keefektifannya dapat menjadi lebih tinggi apabila tindakan pengendalian juga dilakukan seperti: (a) Penanaman tanaman kacangan penutup tanah pada waktu replanting. (b) Pengumpulan kumbang secara manual dari lubang gerekan pada kelapa sawit, dengan menggunakan alat kait dari kawat. Tindakan ini dilakukan tiap bulan apabila populasi kumbang 3-5 ekor/ha, setiap 2 minggu jika populasi kumbang mencapai 5-10 ekor, dan setiap minggu pada populasi kumbang lebih dari 10 ekor. (c) Penghancuran tempat peletakkan telur secara manual kita dapat melakukannya dibawah tumpukan tankos (tandan kosong) dan dilanjutkan dengan pengumpulan larva untuk dibunuh, apabila jumlahnya masih terbatas. (d) Pemberantasan secara kimiawi dengan menaburkan insektisida butiran Karbosulfan sebanyak (0,05-0,10 g bahan aktif per pohon, setiap 1-2 minggu) atau 3 butir kapur barus/ pohon, setiap 1-2 kali/bulan pada pucuk kelapa sawit. (e) Larva O. rhinoceros pada mulsa TKS di areal TM dapat dikendalikan dengan menaburkan bia
rkan murni jamur Metarhizium anisopliae sebanyak 20 g/m2.

Sumber :Tri Hartanto. 2012.Pengendalian terpadu kumbang Tanduk (oryctes rhinoceros).Dipetik 11 september 2017, dari ANTA KOWISENA: www.antakowisena.com/artikel/937.html.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar